Kemarau di kawasan Banyumas, Jawa Tengah, pada masa kini mungkin tidak lagi sedahsyat akibatnya dibanding masa lalu, ketika hutan-hutan jati di daerah Jatilawang mengering, tanah pecah-pecah, penduduk merana kelaparan. Dulu, seperti ditunjukkan Ahmad Tohari (47), penulis yang pernah menghasilkan novel Ronggeng Dukuh Paruk, hutan menyala menjadi korban kebakaran akibat pertikaian politik yang menyusup sampai ke desa-desa pada masa sebelum1965.
Ahmad Tohari dilahirkan di desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas tanggal 13 Juni 1948. Pendidikan formalnya hanya sampai SMAN II Purwokerto. Namun demikian beberapa fakultas seperti ekonomi, sospol, dan kedokteran pernah dijelajahinya. Semuanya tak ada yang ditekuninya. Ahmad Tohari tidak pernah melepaskan diri dari pengalaman hidup kedesaannya yang mewarnai seluruh karya sastranya.
Lewat trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (dua yang lainnya Lintang Kemukus Dinihari dan Jentera Bianglala), ia telah mengangkat kehidupan berikut cara pandang orang-orang dari lingkungan dekatnya ke pelataran sastra Indonesia. Karya-karya Ahmad Tohari telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, Cina, Belanda dan Jerman. Edisi bahasa Inggrisnya sedang disiapkan penerbitannya.
Berikut ini beberapa karya Ahmad Tohari. Sebagian dapat didownload di blog ini dalam bentuk pdf.
Kubah (novel, 1980)
Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982)
Lintang Kemukus Dinihari (novel, 1984)
Jantera Bianglala (novel, 1985)
Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1989)
Senyum Karyamin (kumpulan cerpen, 1990)
Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1993)
Bekisar Merah (novel, 1993)
Mas Mantri Gugat (kumpulan kolom, 1994).
Nyanyian Malam (kumpulan cerpen, 2000)
Belantik (novel, 2001)
Orang Orang Proyek (novel, 2002)
Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004)
Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan (novel bahasa Jawa, 2006)
Ahmad Tohari dilahirkan di desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas tanggal 13 Juni 1948. Pendidikan formalnya hanya sampai SMAN II Purwokerto. Namun demikian beberapa fakultas seperti ekonomi, sospol, dan kedokteran pernah dijelajahinya. Semuanya tak ada yang ditekuninya. Ahmad Tohari tidak pernah melepaskan diri dari pengalaman hidup kedesaannya yang mewarnai seluruh karya sastranya.
Lewat trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (dua yang lainnya Lintang Kemukus Dinihari dan Jentera Bianglala), ia telah mengangkat kehidupan berikut cara pandang orang-orang dari lingkungan dekatnya ke pelataran sastra Indonesia. Karya-karya Ahmad Tohari telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, Cina, Belanda dan Jerman. Edisi bahasa Inggrisnya sedang disiapkan penerbitannya.
Berikut ini beberapa karya Ahmad Tohari. Sebagian dapat didownload di blog ini dalam bentuk pdf.
Kubah (novel, 1980)
Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982)
Lintang Kemukus Dinihari (novel, 1984)
Jantera Bianglala (novel, 1985)
Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1989)
Senyum Karyamin (kumpulan cerpen, 1990)
Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1993)
Bekisar Merah (novel, 1993)
Mas Mantri Gugat (kumpulan kolom, 1994).
Nyanyian Malam (kumpulan cerpen, 2000)
Belantik (novel, 2001)
Orang Orang Proyek (novel, 2002)
Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004)
Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan (novel bahasa Jawa, 2006)
No comments:
Post a Comment